- Evolusi Head Unit Mobil Dari Tape Hingga Android
- Inilah Aksesoris Mobil yang Lagi Trend untuk Kendaraan Anda
- Cara Mengatasi Bluetooth Mobil Tersambung Tapi Tidak Ada Suara
- Cara Praktis Menghubungkan HP ke Mobil dengan Kabel Musik
- Spesifikasi dan Fitur Mobil Maung Gagasan Prabowo
- Penyebab Lampu Depan Mobil Mati Tapi Tidak Putus: Solusi dan Tips
- Cara Mudah Cek Umur Ban Mobil untuk Keamanan Berkendara
- Kenali Fungsi dan Cara Kerja Peredam Kap Mesin Mobil
- Upgrade Audio Mobil Terjangkau dari INTERSYS iwave series
- Cara Pasang Dashcam Mobil: Langkah Mudah untuk Keamanan Ekstra
Fuse Versus Wiring
Fuse atau sekring merupakan faktor keamanan utama untuk meminimalisasi kebakaran. Jadi jangan sampai instalasi pada kendaraan menggunakan sekring dengan nilai yang ‘ngawur’ atau tidak sesuai.
AudioMan tentunya pernah membaca regulasi dari EMMA yang mengharuskan penggunaan sekring atau fuse dengan maksimal jarak 40 cm dari terminal accu, dan juga ditentukan penggunaan nilai ampere fuse berbanding dengan besarnya kabel yang digunakan atau nilai AWG, misalkan saja jika menggunakan kabel 4 AWG, harus menggunakan fuse maksimal senilai 100 ampere.
Atau lebih kompleks lagi regulasi yang diterbitkan oleh asosiasi tertua dari Amerika, IASCA, selain perhitungan penggunaan fuse berdasarkan besarnya nilai fuse berbanding AWG, asosiasi ini juga memperhatikan panjangnya kabel serta jumlah daya yang digunakan pada sebuah system. Sebenarnya adakah perhitungan khusus tentang penggunaan fuse? Atau jika perhitungan salah apakah akibatnya? Semuanya ini diadakan atau diselenggarakan karena sangat pentingnya fungsi fuse sebagai pengaman.
Bagaimana cara kerja Fuse?
Tugas utama Sekring atau fuse ialah untuk melindungi kabel dan dia dibutuhkan untuk menahan beban arus dengan nilai tertentu secara terus menerus. Sekring harus mempunyai ukuran dan ditempatkan sesuai dengan kabel yang akan dilindunginya, jika nilai beban yang dibawanya sebesar 135% dari seharusnya, maka daya tahannya hanya mempunyai waktu satu jam saja. Apabila nilai bebannya menjadi dua kali lipat, maka diperkirakan hanya akan bertahan 30 detik saja dan akan langsung meleleh.
Jadi jika terjadi hubungan arus pendek antara kabel atau bisa jadi perangkat yang dihubungkan dengan kabel tersebut telah rusak, secara otomatis dapat melelehkan sekring dan tidak sampai membakar kabel. Menggunakan sekring yang terlalu besar atau tidak sesuai antara ukuran dengan besarnya kabel akan berpotensi sangat membahayakan. Akibatnya dapat membuat kabel terbakar dan dapat dibayangkan efeknya.
Formula perhitungan penggunaan Fuse
Setelah mengetahui fungsi dasar dari sekring, seperti apakah hubungannya dengan perangkat audio? Sesungguhnya perhitungan manual dapat menggunakan rumus Ohms Law, dengan rumus P=V x I, P ialah Power dalam watt, V sama dengan voltage dan I adalah arus dalam ampere. Atau penerapannya ialah I = P / V. Misalkan saja:
- Amplifier yang digunakan mengeluarkan daya sebesar 1000 watt
- Biasanya voltage di kendaraan sebesar 13.8 volt
Secara perhitungan sederhana dari data tersebut dapat dihitung penggunaan fuse sebesar 1000/13.8 = 72.5 ampere fuse yang harus digunakan.
Hanya saja untuk penerapannya dalam system car audio masih banyak faktor yang harus diperhitungkan. Seperti penggunaan jenis amplifier yang berhubungan dengan efisiensinya, misalkan saja untuk amplifier kelas ab yang biasanya memiliki efisiensi 60% atau amplifier kelas d yang mempunyai efisiensi 80%.
Selain itu juga dapat diperhitungkan penggunaan besarnya diameter kabel berbanding dengan jumlah power output yang digunakan, berikut perhitungan besarnya kabel terhadap panjangnya kabel tersebut. Hal ini berhubungan dengan resistansi yang dibawa oleh kabel, jika perhitungan secara manual dapat menggunakan rumus beban arus = (daya amplifier x efisiensi) / voltage. Atau P = I^2 x R yang dapat memperhitungkan daya yang mampu diusung setiap kabel, sehingga apabila berlebih akan menyebabkan kabel tersebut meleleh.
Untuk lebih mudahnya, dibawah ini merupakan tabel resistansi yang dibawa oleh besarnya kabel, hingga beberapa tabel sebagai acuan penggunaan fuse.
Perhitungan Penggunaan Fuse Dengan Crest Factor
Untuk peranan sekring lebih lanjut, ada beberapa pakar yang menghubungkannya dengan mengetahui crest factor atau perbandingan atara tingkatan arus tertinggi dengan tingkatan arus rata-rata yang terjadi pada system yang dijalin.
Sinyal sine wave yang tidak dibatasi memiliki crest factor sekitar 3dB (level tertingginya dua kali lipat dari level rata-rata), sedangkan pink noise mempunyai crest factor sebesar 6dB (level tertingginya 4 kali lipat dari level rata-rata). Setiap kenaikan 3dB dari crest factor, daya yang dibutuhkan di kali dua.
Kebanyakan musik memiliki crest factor antara 10 hingga 20dB. Beberapa perusahaan rekaman memiliki crest factor yang sangat rendah, biasanya dibawah 10dB. Tetapi musik dengan crest factor rendah tidak terasa dynamic, memiliki impact yang kecil dan kekencangannya hampir rata, flat seperti tidak bernyawa.
Hal ini berhubungan dengan daya keluaran yang dimiliki amplifier secara RMS, misalkan saja saat mereproduksi sinyal sine wave yang rata. Pada saat sine wave mengeluarkan crest factor sekitar 3 dB, amplifier dengan daya 1000 watt RMS akan menghasilkan daya sebesar 2000 watt maksimal.
Tabel Acuan penggunaan Fuse Vs Wire
Resistansi kabel berdasarkan diameter berbanding jarak:
|
|
Sumber. www.bcae1.com
Rekomendasi penggunaan kabel berbanding watt dan jarak:
|
|
|
|
|
Ukuran kabel berdasarkan American Wire Gauge (AWG)
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Sumber. www.the12volt.com